Gambar: Ilustrasi
BEM
(Badan Eksekutif Mahasiswa) adalah jabatan tertinggi dalam lingkup mahasiswa.
Seorang ketua BEM dan Wakil BEM yang biasa di sebut Presma dan Wapresma
haruslah seseorang yang benar-benar peduli dengan mengembangkan semua hal yang
berhubungan dengan mahasiswa, meningkatkan SDM mahasiswa di dalam kampus, juga
mengaktifkan kegiatan-kegiatan mahasiswa.
Dalam
pemilihan Presma dan Wapresma, ada banyak hal yang benar-benar harus di
perhatikan agar pemilihan berjalan lancar, memenuhi peraturan pemilihan yang sudah
di tetapkan dalam tata tertib, bersih dan transparan. Begitu pula orang-orang
yang nantinya akan di calonkan sebagai Presma Dan Wapresma, calon-calon
tersebut haruslah terpercaya, mampu membawa setiap kegiatan kemahasiswaan dalam
keberhasilan, dan juga mampu bekerja sama dengan menteri-menteri yang terpilih
nantinya.
Bulan
ini, juli 2017 Presma dan Wapresma ke-4 yaitu Hariadi (Presma) dan Lia Fitri
Wulandari (Wapresma) telah mencapai batas akhir jabatan sebagai BEM, meskipun
dalam jabatannya terlihat belum banyak membawa perubahan dalam kegiatan
mahasiswa, namun BEM angkatan 4 ini harus segera lengser dan begitu pula
menteri-menterinya, harus ada pergantian. Namum, dalam pemilu tahun ini, banyak
hal yang di rasa sangat mengecewakan, mulai dari tidak terbentuknya panitia
pemilu yang seharusnya bertugas mengumumkan akan di adakannya pemilu, sampai ketidak
tahuan mahasiswa tentang kandidat yang akan di calonkan sebagai Presma dan
Wapresma yang akan menjabat di periode angkatan ke-5 ini.
Saat
di tanya mengenai pelaksanaan pemilu yang mendadak, Lia yang saat itu masih
menjabat sebagai Wapresma menjawab "karena tahun lalu pemilu di laksanakan
setelah UAS dan dalam kondisi liburan yang akan sangat sulit mengumpulkan
mahasiswa untuk menyuarakan suara mereka dalam pemilu, maka dari itu pemilu
kita laksanakan sore hari tepat setelah UAS selesai" tuturnya. Dan juga,
mayoritas mahasiswa yang saat itu tengah melaksanakan UAS, mereka tidak tahu
kalau akan di adakannya pemilu BEM yang akan di laksanakan selepas UAS, dan
mereka juga belum paham apa itu pemilu BEM dan bagaimana pelaksanaannya.
Lebih
parahnya lagi, kandidat yang di calonkan sebagai Presma dan Wapresma, mereka
tidak tahu menahu mengenai keorganisasian BEM, bahkan beberapa dari mereka jarang
terlihat dalam kegiatan BEM yang sudah berlangsung selama ini. Selain itu, para
mahasiswa, khususnya mahasiswa semester baru, mereka tidak mengenal calon
Presiden yang akan di pilih nantinya
"Tidak
ada persiapan sama sekali. Seakan-akan pemilu BEM hanya mainan. Padahal
organisasi BEM merupakan organisasi yang tertinggi bagi mahasiswa di dunia
kampus. Dan seharusnya benar-benar dalam memilih pemimpin yang amanah, yang dapat menggerakkan mahasiswa." Komentar
Adi Priyo Utomo mantan Presma 3 yang saat ini tengah mengerjakan skripsinya
itu.
Pita salah satu mahasiswa yang di
calonkan sebagai Wapresma juga berkata "Saya tidak suka dengan cara pemilihan
ketua dan wakil ketua BEM yang seperti ini, mahasiswanya tidak respect, anggota
BEM lama juga tidak Nampak, waktu mendadak, dan menurut saya, pemilu itu seharusnya
semua warga kampus terlibat, ya seluruh mahasiswanya, ya anggota BEM lama, ya TUnya
dan dosen itu seharusnya ada untuk mendukung, membimbing, mengarahkan, dan menjadi
hakim".
Seharusnya Pemilu BEM harus di rencanakan sematang
mungkin, mengumumkan pelaksanaaan kepada para mahasiswa, mengumumkan calon
Presma dan Wapresma yang bersedia, dan lain sebagainya. Pemilihan calon juga
harus ketat, calon Presma dan Wapresma haruslah mahasiswa yang aktif dalam
kegiatan kampus dan kemahasiswaan, loyal, bertanggungjawab, dan mampu mengemban
amanah yang nantinya di berikan. Visi dan Misi calon harus jelas dan harus
mampu melaksanakan visi dan misi yang telah ia buat. /An/
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar